Hujan | Senin pagi, saya nyaris terlambat memasukkan kartu absensi ke clock-card. Untungnya, masih ada 5 menit dan tidak sempat tercetak 'merah'. Meski di halaman parkir sudah ada beberapa mobil dan motor, lantai 17 tempat saya bekerja masih terasa sepi. Kira-kira hanya ada sepertiga dari biasanya. Tampak dua payung basah terbuka sedang dikeringkan.
Usai meletakkan tas di atas meja kerja, seperti biasa saya ke dapur untuk menyeduh segelas coffee-mix. "Pagi Gus," kataku menyapa seorang staf yang belum tiga bulan bergabung di perusahaan in dan tampak sudah sibuk di depan komputernya.
"Selamat Pagi, pak. Banjir ya, Pak?"
"Iya, hujan deras. Banjir dan macet di mana-mana. Rumahmu pasti dekat sini ya? enak dong, tidak kena macet"
"Tidak juga, Pak. Cukup jauh, sekali naik bus dan dua kali naik angkot kira-kira satu setengah jam perjalanan kalau cuaca normal"
"Oh, begitu ya. Kok nggak terlambat masuk kantor?"
"Iya, Pak. Kan udah tahu, pada bulan-bulan musim hujan begini, kebanyakan macet. Apalagi ini hari Senin, pasti lebih parah. Maka saya berangkat setengah jam lebih awal dari biasanya."
"Ooo.....," Saya pun manggut-manggut sambil mulai membuka laptop di meja saya.
"Pagi, Rif," tiba-tiba Rudi menyapa seraya tergopoh-gopoh melewati ruangan kerja saya dengan baju agak basah dan sibuk melap tanganya dengan tisu. Jam di dinding menunjukkan pukul 08.25.
"Wah, kacau... kacau. Benar-benar parah. Hujan deras banget. Banjir dimana-mana. Macetnya ampunnn.... Mana lainnya? Ha.. ha... Pasti banyak yang telat juga. Kamu telat juga kan? Kena macet juga?" Lanjut Rudi sambil tergesa-gesa menuju ruang kerjanya.
Saya tersenyum kecil sambil membaca e-mail yang mulai mengalir dan dalam hati bergumam. "Karena hujan, ada sebagian orang yang mempersiapkan diri agar tidak datang terlambat. Sementara itu, sebagian lainnya yakin bahwa semua orang pasti datang terlambat seperti dirinya.
Usai meletakkan tas di atas meja kerja, seperti biasa saya ke dapur untuk menyeduh segelas coffee-mix. "Pagi Gus," kataku menyapa seorang staf yang belum tiga bulan bergabung di perusahaan in dan tampak sudah sibuk di depan komputernya.
"Selamat Pagi, pak. Banjir ya, Pak?"
"Iya, hujan deras. Banjir dan macet di mana-mana. Rumahmu pasti dekat sini ya? enak dong, tidak kena macet"
"Tidak juga, Pak. Cukup jauh, sekali naik bus dan dua kali naik angkot kira-kira satu setengah jam perjalanan kalau cuaca normal"
"Oh, begitu ya. Kok nggak terlambat masuk kantor?"
"Iya, Pak. Kan udah tahu, pada bulan-bulan musim hujan begini, kebanyakan macet. Apalagi ini hari Senin, pasti lebih parah. Maka saya berangkat setengah jam lebih awal dari biasanya."
"Ooo.....," Saya pun manggut-manggut sambil mulai membuka laptop di meja saya.
"Pagi, Rif," tiba-tiba Rudi menyapa seraya tergopoh-gopoh melewati ruangan kerja saya dengan baju agak basah dan sibuk melap tanganya dengan tisu. Jam di dinding menunjukkan pukul 08.25.
"Wah, kacau... kacau. Benar-benar parah. Hujan deras banget. Banjir dimana-mana. Macetnya ampunnn.... Mana lainnya? Ha.. ha... Pasti banyak yang telat juga. Kamu telat juga kan? Kena macet juga?" Lanjut Rudi sambil tergesa-gesa menuju ruang kerjanya.
Saya tersenyum kecil sambil membaca e-mail yang mulai mengalir dan dalam hati bergumam. "Karena hujan, ada sebagian orang yang mempersiapkan diri agar tidak datang terlambat. Sementara itu, sebagian lainnya yakin bahwa semua orang pasti datang terlambat seperti dirinya.
2 comments
Wah bagus sob artikelnya, salam kenal ya...
islamic-fema.blogspot.com (Dofollow Blog)
@Berita Islam Thanks sob atas pujiannya. Ane baru belajr. Sering-sering berkunjung ya. :d
Post a Comment